Siapa sih yang nggak kenal sama kata selfie,
pasti generasi muda saat ini sudah sangat akrab dengan kata itu. Oke, buat yang
belum tahu apa itu selfie, bakal saya
kasih tahu kok, jadi menurut Kamus Oxford selfie
adalah sebuah foto yang diambil sendiri,
secara khusus menggunakan telpon cerdas atau webcam dan dibagikan melalui sosial media. Ya, selfie bisa dilakukan kapan saja dan di mana saja—mau di tempat
wisata, di tempat tidur, mall, atau kamar mandi mungkin, eh? Jadi sudah kah kalian ber-selfie
hari ini? Saya kira sudah cukup bahas
soal selfie-nya, kita ke point-nya yuk!! Ber-selfie dengan buku kita sendiri, pernah kepikiran ngelakuin hal tersebut? Mungkin kita
sering menemukan penulis-penulis narsis yang sedang ber- selfie bersama anak mereka a.k.a
buku mereka, entah di twitter, facebook, instagram maupun blog.
Pasti kalian ngomong ke diri kalian sendiri,” Keren juga ya mereka bisa narsis-narsisan
sama karyanya. Aku juga pengen deh.”
Ya, kalian semua juga bisa seperti mereka! Terus gimana caranya? Tentu saja
dengan menulis dan menerbitkan buku kalian sendiri.
![]() |
Saya dan buku antologi saya yang terbit indie |
Langkah
pertama adalah kalian harus mulai menulis. Menulis dan menulis adalah cara
paling ampuh kalau kalian bermimpi untuk menjadi seorang penulis. Tanpa menulis
mimpi itu hanya akan tetap menjadi mimpi. Manusia sebagai makhluk sosial
pastinya selalu berhubungan dengan manusia lainnya, setiap mereka bertemu pasti
ada kisah yang akan dibagi bersama karena manusia pada hakikatnya adalah
seorang pencerita dan itu sudah takdirnya. Karena kita ingin menjadi penulis
maka kita harus menuliskan kisah-kisah tersebut supaya membedakan kita dengan
yang lainnya. Kita bisa memulai dengan menulis diary sebagai latihan, setelah itu kita bisa mencoba untuk membuat cerpen
atau flashfiction yang lebih pendek
dari cerpen. Terus asah kemampuan kalian dengan menulis sebanyak-banyaknya dan
cobalah untuk mengikuti kompetisi menulis yang banyak diadakan oleh penerbit,
baik penerbit mayor maupun penerbit indie. Kenapa kita harus ikut kompetisi?
Jawabannya adalah untuk melatih mental kita agar siap menerima kekalahan dan
kemenangan, ketika kalah berarti kualitas tulisan kita harus ditingkatkan lagi
dan kalau menang kita harus terus menghasilkan tulisan-tulisan yang bermutu.
Belum PD dengan mengikuti lomba? Ada cara lain yaitu memajang karya kita di
dalam catatan facebook atau blog dan
tentu saja membagikannya dengan teman-teman kita. Lihat apa yang terjadi,
adakah komentar yang tertinggal di tulisan kita? Pasti ada walaupun cuma satu komentar.
Dari komentar-komentar yang didapat kita bisa memperbaiki kalau perlu dan tentu
saja meningkatkan kualitas tulisan kita. Oke,ada yang ngomong dalam hati, “Aku nggak
bisa nulis nggak tahu caranya nulis itu gimana?” Simpel, silakan gabung
di grup kepenulisan di facebook yang
sekarang ini sangat banyak di sana kalian bisa belajar bersama tentang
kepenulisan itu sendiri. Pada intinya untuk meraih mimpi menjadi penulis kita
harus menulis dan menulis dimulai dari yang pendek kemudian menuju yang lebih panjang
seperti novel. Semuanya bertahap. Jangan lupa untuk memperbanyak buku yang kita
baca karena penulis yang baik adalah seorang pembaca juga. Dengan membaca kita
bisa mendapatkan pengetahuan yang bisa diaplikasikan pada tulisan kita. Penulis
harus juga memiliki attitude yang
baik dengan penerbit dan juga pembaca. Yang sangat-sangat harus dihindari
adalah plagiasi. Ini wajib hukumnya bagi penulis.
Langkah kedua
adalah dengan menerbitkan karya kita, kenapa harus diterbitkan? Salah satunya adalah agar bisa dapat uang.
Selain itu juga karena seperti kata Pak Edi Akhiles, menulis itu terancam
keren. Jadi dengan menulis dan menerbitkan buku, kita bisa dapat uang dan tentu
saja fans. Memilih penerbit itu adalah hal yang paling krusial, karena pastinya
kita mau karya kita mendapatkan treatment
yang sebaik-baiknya tentu saja juga dengan melihat masa depan karya kita. Kita
bisa menerbitkan karya kita ke penerbit mayor atau penerbit indie/self publishing. Penerbit mayor adalah
penerbit yang akan mengurus segala keperluan terkait naskah kita dari pra cetak
sampai pemasaran di toko buku. Jadi kita tidak perlu mengeluarkan uang untuk
menerbitkan buku, kita akan dibayar melalui royalti atau beli putus. Menembus
penerbit mayor itu tidaklah mudah karena lamanya proses seleksi dan juga selera
penerbit yang berbeda dan juga penerbit melihat pangsa pasar. Akan banyak
keuntungan yang didapat ketika menerbitkan di penerbit mayor, karena pemasaran
dan penggarapan yang maksimal. Untuk yang tidak punya banyak waktu bisa juga
menerbitkan buku di penerbit indie/self
publishing. Di penerbit ini kita harus mengeluarkan uang agar bisa terbit,
tapi ada juga yang menawarkan gratis asal kita menangani proses pra cetaknya
(desain cover, lay out, editing, proof reading). Ada juga penerbit indie yang mendistribusikan
bukunya ke toko buku tentu saja dengan biaya yang lebih mahal dari yang hanya
dijual melalui online. Penerbit indie
lumayan mudah dalam menerbitkan buku, asal saja tidak melanggar hak cipta dan
menyinggung SARA. Dan tentu saja tidak ada proses seleksi. Sekarang ini banyak
sekali penerbit indie, misalnya Rasibook.
Dalam memilih
penerbit indie kita harus mempertimbangkan fasilitas yang diberikan dan tentu saja harga harus
sesuai dengan pelayanan yang diberikan. Di era digital ini sebaiknya kita
memilih penerbit indie yang juga menjual buku mereka ke dalam bentuk buku
digital seperti yang diberikan oleh Rasibook.
Bahkan Rasibook juga menawarkan paket gratis
terbit. Pasti kalian penasaran tentangRasibook, silahkan di-klik tautan
tadi ya, hehehehee. Ketika menerbitkan buku secara indie kita harus
gencar-gencar berpromosi agar banyak buku yang terjual, bisa promosi di sosial
media dan blog, giveaway juga perlu
dicoba kita bisa menggunakan buku tanda terbit yang diberikan oleh penerbit
indie (tidak semua penerbit indie memberikannya.) Mintalah si pemenang give away untuk menulis resensinya dan post di blog atau facebook.
Membuat trailer buku juga layak
dicoba dan unggah ke youtube. Di Rasibook kalian akan mendapatkan buku tanda terbit dan
juga royalti 15% ini lebih tinggi dari kebanyakan yang hanya 10%. Jadi nerbitin buku di indie juga bisa dapat
royalti. Penerbit indie seperti Rasibook
melakukan promosi di rasibook.com, fanspage
dan juga twitter mereka. Kita juga
bisa membeli buku kita sendiri dalam jumlah tertentu kemudian jual kembali
kepada teman-teman kita, karena pasti ada yang nggak mau mengeluarkan uang lagi untuk ongkos kirim. Banyak juga
penulis terkenal yang mengawali dengan menerbitkan buku di self publishing.
Jadi, kalian
sudah bersiap untuk ber-selfie ria
dengan buku karya sendiri? Ayo, segera wujudkan mimpi kalian! Tunggu apalagi?
Karena saat ini menerbitkan buku itu sangat mudah. Udah ditunggu Rasibook tuh!
Artikelnya menarik.
BalasHapusmakasih udah baca.
HapusArtikelnya bagus dan informatif.
BalasHapusmakasihh buat komentarnya.
HapusGood job!!
BalasHapusDoakan supaya cepat terbit buku yang saya tulis
BalasHapusAmin, tetap semangat buat nulisnya. maksih udah mampir.
HapusTerima kasih udah mampir.
BalasHapusHaha kalo selfie sama skripsi boleh gak mas? kan itu juga buku karya sendiri hahaha
BalasHapusBolehlah itukan juga buah dari kerja kerasmu.
BalasHapuscakep mas, artikelnya bagusm semga bsa menerbitkan buku2 yg lainnya,,,
BalasHapusMakasih udah mampir n baca. Amin.
Hapus