“The pleasure of remembering had been taken
from me, because there was no longer anyone to remember with. It felt like
losing your co-rememberer meant losing the memory itself, as if the things we’d
done were less real and important than they had been hours before.”
Hazel Grace Lancaster (page 262)
“The world is not a wish-granting factory.”
Augustus Waters (page 214)
“You don’t get to choose if you get hurt in
this world... but you do have some say in who hurts you.’ Augustus Waters (page
313)
The Fault in Our Stars berkisah tentang Hazel Grace Lancaster,
gadis berusia 16 tahun dan mengidap kanker tiroid yang mengharuskan dia membawa
tabung oksigen untuk membantu pernapasannya.
Hazel mengikuti kelompok pendukung pasien kanker karena disuruh oleh
ibunya di Literal Heart of Jesus. Di
sana dia bertemu dengan Augustus Waters, seorang kanker survivor yang tengah
mendukung temannya Isaac. Augutus berusia 17 tahun seorang mantan pemain basket
yang diamputasi karena osteosarkoma.
Setelah itu timbul ketertarikan
antara Hazel dan Augustus, jadi Augustus mengajak Hazel untuk ke rumahnya dan menonton
film V for Vendetta. Hazel bercerita
tentang penyakitnya selama di mobil. Setelah tiba di rumah Augustus, Hazel
melihat banyak encouragements. Hazel
mulai bercerita tentang keluarganya dan kegemarannya membaca, kemudian Augustus
memberikan buku ke Hazel. Mereka saling bertukar buku Augustus meminjamkan The Price of Dawn, dan Hazel
merekomendasikan An Imperial Affliction.
Setelah beberapa minggu Augustus
berhasil berkorespondensi dengan asisten Peter van Houten, penulis An Imperial Affliction yang sangat
dikagumi Hazel dan dia memiliki banyak pertanyaan tentang kisah selanjutnya
dari tokoh-tokoh dalam novel itu. Augustus mulai mengirimi email dan akhirnya
Peter mengundang hazel dan Augustus ke Amsterdam untuk menjawab pertanyaannya
secara pribadi dan langsung. Mereka ke Amsterdam dengan bantuan Genie Foundation, sebelum mereka
berangkat keadaan Hazel sempat memburuk dan akhirnya dokternya Hazel menyatakan
bahwa dia boleh ke Amsterdam. Selain itu juga Isaac, kehilangan matanya dan
juga pacarnya.
Sesampainya di Amsterdam, kenyataan
pahitlah yang mereka dapatkan Peter bukanlah seorang yang seperti mereka
bayangkan, dan bahkan Peter tidak menjawab pertanyaan Hazel, hal itu sangat
menyakitkan bagi Hazel. Mereka pun akhirnya ditemani oleh Lidewij—asisten Peter
jalan-jalan ke museum Anne Frank. Di sana mereka berciuman dan menunjukkan
kepada semua orang bahwa mereka memiliki cinta yang kuat.
Augustus mendapati bahwa kankernya
kembali dan menmutuskan untuk menulis sesuatu untuk Hazel dan mereka berdua
juga saling menuliskan eulogi untuk dibacakan saat mereka meninggal.
The
Fault in Our Stars memiliki ending
yang tidak ketebak dan pastinya membuat penasaran saat membacanya hingga
rasanya ingin cepat-cepat ke halaman terakhir.
Novel ini menunjukkan bahwa cinta
itu kuat dan akan tetap ada saat pasangan sehat dan saat terburuk dalam
pasangannya. Saling mendukung dan menyemangati juga ditunjukkan dalam novel
ini. Dari novel ini kita bisa belajar perjuangan para pengidap kanker dan bagaimana kita bisa bersikap
kepada kehidupan dan lebih menghargai kehidupan itu sendiri.
Disajikan dengan sudut pandang
orang pertama di mana, Hazel sebagai penceritanya. Alurnya terkesan lambat bagi saya, setelah konflik
saat betemu dengan Peter van Houten, ceritanya mulai seru. Bahasanya lumayan sulit karena kosakatanya
yang tambah rumit, tapi overall saya
sudah bisa memahami keseluruhan novel ini. Novel ini mengambil setting di
Indianapolis, Indiana.
Novel ini mengandung adegan
bercinta yang mungkin tidak cocok untuk budaya dan pembaca Indonesia apalagi
karena kategori novel ini children and
teenagers. Selebihnya novel ini bagus, ada nilai-nilai persahabatan di
dalamnya.
“Without Pain, How Could we Know Joy?” This
is an old argument in the field of Thinking About suffering, and its stupidity
and alck of sophistication could be plumbed for centuries, but suffice it to
say that the existence of broccoli does not in any way affect the taste of
chocolate.”
Hazel Graze Lancaster (page 35).
Simpulannya novel ini sangat
menarik dan banyak hal positif bisa kita dapatkan dari membaca novel ini.
Judul : The Fault in Our Stars
Penulis : John Green
Penerbit : Dutton Books
Jumlah
halaman : 313 halaman
Cetakan : 10 Januari 2012
ISBN : 978-0-525-47881-2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jangan lupa tinggalkan komentar ya, follow @riefprudence Terima kasih.