>

Selasa, 16 September 2014

Surat untuk Jokowi


Kepada Yth.
Bapak Jokowi
di tempat

Pertama-tama saya ucapkan selamat atas terpilihnya Bapak sebagai Presiden Republik Indonesia yang ketujuh dan semoga selama dalam masa kepemimpinan Bapak akan terjadi perubahan yang radikal terutama dalam hal-hal positif di negeri ini dan membuat negeri ini lebih baik dan berjaya.
Dalam surat ini, saya ingin menuliskan beberapa hal yang selama ini mengganjal dalam benak saya terutama soal pemilihan umum atau pemilu. Sebagai seorang anak muda saya memiliki masalah yang sangat sepele ketika akan ke TPS, yaitu tidak adanya teman untuk ke sana, sepertinya hal ini tidak hanya saya rasakan pasti di luar sana banyak juga anak muda yang merasa seperti itu. Mereka akan merasa aneh ketika berada di tempat yang hanya ada orang tua saja. Jadi dalam hal ini masih banyak anak muda yang belum sadar untuk menggunakan hak pilihnya.  Sebagai warga negara yang telah memiliki hak pilih, terkadang saya merasa bahwa saya sebaiknya tidak usah memilih saja dalam pemilu, baik pilpres, pilkada, pileg maupun pemilihan lurah juga. Saya berpikir  bahwa ketika saya memilih calon-calon tersebut setelah mereka terpilih pun mereka akan melupakan apa yang telah mereka janjikan saat kampanye dan juga mereka hanya akan berjuang demi kesejahteraan dirinya sendiri, terlebih akhir-akhir ini banyak sekali pejabat publik yang terlibat kasus korupsi. Selain rasa tidak percaya saya terhadap para calon dalam pemilu, yang membuat saya cenderung golput adalah karena saya tidak mengenal para calon yang tengah berlaga. Mereka terlalu ‘asing’. Bahkan dalam pileg DPRD tingkat kabupaten saja, caleg yang berasal dari kecamatan tempat tinggal saya pun saya tak kenal. Penyebabnya adalah para caleg tersebut kurang sosialisasi dan sebelumnya tidak pernah terlibat dalam hal-hal dalam kemasyarakatan. Bisa dikatakan bahwa mereka hanya caleg ‘tiban’ yang mendompleng nama besar kerabat mereka dan tentu saja hanya bermodal nekat dan dompet yang tebal. Mereka terlalu menjaga jarak dengan calon pemilih, dan hanya mengandalkan bagi-bagi stiker yang sama sekali tidak menjawab rasa penasaran  soal visi dan misi mereka.
Selain calon yang asing, hal yang sangat mengganggu ketika musim pemilu adalah politik uang. Hal ini terjadi dari mulai pemilihan lurah, ya pemilu dalam lingkup paling kecil saja sudah pakai beli suara dan itu sudah menjadi sesuatu yag lumrah dalam masyarakat. Hal itu berlanjut dan mengurita hingga ke pilkada dan juga pileg.  Walaupun tidak semua calon dalam pilkada atau pileg melakukan hal tersebut dan saya salut akan pilihan mereka untuk mengambil jalan yang benar. Kebanyakan orang tidak akan memilih apabila tidak diberi uang, penyebabnya adalah kurangnya rasa percaya pada calon. Jadi orang-orang yang terpilih adalah orang-orang yang tidak kompeten dan hanya berpikir untuk bagaimana caranya bisa kembali modalnya. Sangat miris dan hal itu membuat saya jengah dengan yang namanya pemilu.  Sebagai orang biasa tentu saja saya menerima pemberian uang tersebut, tapi soal suara itu adalah hak prerogative saya untuk memilihnya atau  golput sekalian sehingga tidak ada calon yang dirugikan karena tidak saya pilih.  Untuk caleg yang melakukan politik uang sudah seharusnya diberi hukuman yang sangat berat yang bisa member efek jera dan tentu saja tidak mengangkatnya sebagai anggota dewan.
Pemilu harus segera dibersihkan dari politik uang agar terpilih orang-orang yang kompeten, dan besar harapan saya itu akan diberantas oleh Bapak. Apapun itu tindak kecurangan dalam pemilu sangatlah tidak baik dalam kehidupan berpolitik. Soal pilpres tahun ini, menurut saya adalah pilpres yang sangat lebay, terkait dengan pihak yang tidak menerima kekalahannya, dan juga kecurangan yang dilakukan termasuk kampanye hitam yang sangat tidak masuk akal. Layar kaca selalu dihiasi berita-berita soal kecurangan saat pilpres, hal ini sangatlah tidak baik untuk dicontoh oleh para siswa yang juga sudah belajar berpolitik dan berdemokrasi dalam pemilihan OSIS. Mereka bisa saja berbuat curang karena terpengaruh dengan pemberitaan dan apabila itu terjadi hancurlah generasi muda Indonesia. Kemudian tentang sistem pemilihan yang kesannya terlalu ribet karena ketika orang yang memiliki hak pilih tapi tidak berada di tempat tinggalnya kesulitan untuk memilih, padahal mereka ingin memilih. Sebaiknya dalam pemilu sistem pemilihannya dibuat yang sederhana dan mudah diakses dan juga terkomputerisasi seperti sistem pendaftaran CPNS 2014 yang menggunakan data berdasarkan KTP.
Selain hal yang membuat saya jengah dengan pemilu ada juga hal yang membuat saya antusias dalam pemilu antara lain dengan adanya calon-calon yang sudah memiliki rekam jejak yang baik dan kelihatan akan membawa kemajuan. Dan juga karena munculnya kesadaran dalam diri untuk turut serta dalam mensukseskan pemilu dan agar aspirasi saya bisa terakomodir. Tentu juga agar bisa turut bangga karena telah memilih orang yang tepat. Untuk tahun 2014 ini perubahan telah terjadi dengan banyaknya anak muda yang telah secara sukarela menjadi relawan capres tertentu dan tentunya juga menggunakan hak pilih mereka. Hal ini mungkin dikarenakan karena mereka telah mendapatkan calon yang seperti mereka inginkan.
Demikianlah surat pendek ini saya tulis untuk Bapak Jokowi. Terima kasih untuk perhatiannya dan semoga pemilu Indonesia dikemudian hari akan terbebas dari segala bentuk macam kecurangan.

*Surat ini diikutsertakan dalam lomba menulis surat "Dari Anak Muda untuk Jokowi: Soal Pemilu yang Bersih."


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan lupa tinggalkan komentar ya, follow @riefprudence Terima kasih.