Kepada Yth.
Bapak
Jokowi
di tempat
Pertama-tama saya ucapkan selamat
atas terpilihnya Bapak sebagai Presiden Republik Indonesia yang ketujuh dan
semoga selama dalam masa kepemimpinan Bapak akan terjadi perubahan yang radikal
terutama dalam hal-hal positif di negeri ini dan membuat negeri ini lebih baik
dan berjaya.
Dalam surat ini, saya ingin
menuliskan beberapa hal yang selama ini mengganjal dalam benak saya terutama
soal pemilihan umum atau pemilu. Sebagai seorang anak muda saya memiliki
masalah yang sangat sepele ketika akan ke TPS, yaitu tidak adanya teman untuk
ke sana, sepertinya hal ini tidak hanya saya rasakan pasti di luar sana banyak
juga anak muda yang merasa seperti itu. Mereka akan merasa aneh ketika berada
di tempat yang hanya ada orang tua saja. Jadi dalam hal ini masih banyak anak
muda yang belum sadar untuk menggunakan hak pilihnya. Sebagai warga negara yang telah memiliki hak
pilih, terkadang saya merasa bahwa saya sebaiknya tidak usah memilih saja dalam
pemilu, baik pilpres, pilkada, pileg maupun pemilihan lurah juga. Saya
berpikir bahwa ketika saya memilih
calon-calon tersebut setelah mereka terpilih pun mereka akan melupakan apa yang
telah mereka janjikan saat kampanye dan juga mereka hanya akan berjuang demi
kesejahteraan dirinya sendiri, terlebih akhir-akhir ini banyak sekali pejabat publik
yang terlibat kasus korupsi. Selain rasa tidak percaya saya terhadap para calon
dalam pemilu, yang membuat saya cenderung golput adalah karena saya tidak
mengenal para calon yang tengah berlaga. Mereka terlalu ‘asing’. Bahkan dalam
pileg DPRD tingkat kabupaten saja, caleg yang berasal dari kecamatan tempat
tinggal saya pun saya tak kenal. Penyebabnya adalah para caleg tersebut kurang
sosialisasi dan sebelumnya tidak pernah terlibat dalam hal-hal dalam
kemasyarakatan. Bisa dikatakan bahwa mereka hanya caleg ‘tiban’ yang
mendompleng nama besar kerabat mereka dan tentu saja hanya bermodal nekat dan
dompet yang tebal. Mereka terlalu menjaga jarak dengan calon pemilih, dan hanya
mengandalkan bagi-bagi stiker yang sama sekali tidak menjawab rasa
penasaran soal visi dan misi mereka.
Selain calon yang asing, hal yang
sangat mengganggu ketika musim pemilu adalah politik uang. Hal ini terjadi dari
mulai pemilihan lurah, ya pemilu dalam lingkup paling kecil saja sudah pakai
beli suara dan itu sudah menjadi sesuatu yag lumrah dalam masyarakat. Hal itu
berlanjut dan mengurita hingga ke pilkada dan juga pileg. Walaupun tidak semua calon dalam pilkada atau
pileg melakukan hal tersebut dan saya salut akan pilihan mereka untuk mengambil
jalan yang benar. Kebanyakan orang tidak akan memilih apabila tidak diberi
uang, penyebabnya adalah kurangnya rasa percaya pada calon. Jadi orang-orang
yang terpilih adalah orang-orang yang tidak kompeten dan hanya berpikir untuk
bagaimana caranya bisa kembali modalnya. Sangat miris dan hal itu membuat saya
jengah dengan yang namanya pemilu.
Sebagai orang biasa tentu saja saya menerima pemberian uang tersebut,
tapi soal suara itu adalah hak prerogative saya untuk memilihnya atau golput sekalian sehingga tidak ada calon yang
dirugikan karena tidak saya pilih. Untuk
caleg yang melakukan politik uang sudah seharusnya diberi hukuman yang sangat
berat yang bisa member efek jera dan tentu saja tidak mengangkatnya sebagai
anggota dewan.
Pemilu harus segera dibersihkan dari
politik uang agar terpilih orang-orang yang kompeten, dan besar harapan saya
itu akan diberantas oleh Bapak. Apapun itu tindak kecurangan dalam pemilu
sangatlah tidak baik dalam kehidupan berpolitik. Soal pilpres tahun ini,
menurut saya adalah pilpres yang sangat lebay, terkait dengan pihak yang tidak
menerima kekalahannya, dan juga kecurangan yang dilakukan termasuk kampanye
hitam yang sangat tidak masuk akal. Layar kaca selalu dihiasi berita-berita
soal kecurangan saat pilpres, hal ini sangatlah tidak baik untuk dicontoh oleh
para siswa yang juga sudah belajar berpolitik dan berdemokrasi dalam pemilihan
OSIS. Mereka bisa saja berbuat curang karena terpengaruh dengan pemberitaan dan
apabila itu terjadi hancurlah generasi muda Indonesia. Kemudian tentang sistem pemilihan
yang kesannya terlalu ribet karena ketika orang yang memiliki hak pilih tapi
tidak berada di tempat tinggalnya kesulitan untuk memilih, padahal mereka ingin
memilih. Sebaiknya dalam pemilu sistem pemilihannya dibuat yang sederhana dan
mudah diakses dan juga terkomputerisasi seperti sistem pendaftaran CPNS 2014
yang menggunakan data berdasarkan KTP.
Selain hal yang membuat saya jengah
dengan pemilu ada juga hal yang membuat saya antusias dalam pemilu antara lain
dengan adanya calon-calon yang sudah memiliki rekam jejak yang baik dan
kelihatan akan membawa kemajuan. Dan juga karena munculnya kesadaran dalam diri
untuk turut serta dalam mensukseskan pemilu dan agar aspirasi saya bisa
terakomodir. Tentu juga agar bisa turut bangga karena telah memilih orang yang
tepat. Untuk tahun 2014 ini perubahan telah terjadi dengan banyaknya anak muda
yang telah secara sukarela menjadi relawan capres tertentu dan tentunya juga
menggunakan hak pilih mereka. Hal ini mungkin dikarenakan karena mereka telah
mendapatkan calon yang seperti mereka inginkan.
Demikianlah surat pendek ini saya
tulis untuk Bapak Jokowi. Terima kasih untuk perhatiannya dan semoga pemilu
Indonesia dikemudian hari akan terbebas dari segala bentuk macam kecurangan.
*Surat ini diikutsertakan dalam lomba menulis surat "Dari Anak Muda untuk Jokowi: Soal Pemilu yang Bersih."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jangan lupa tinggalkan komentar ya, follow @riefprudence Terima kasih.