Kali ini saya mau posting sesuatu
yang beda dari postingan-postingan terdahulu. Bertepatan dengan Lebaran Ketupat
atau seminggu setelah Idulfitri, saya mau cerita soal suasana malam takbiran di
tempat tinggalku. Pasti di setiap daerah memiliki tradisi tersendiri dalam
merayakan malam kemenangan ini, salah satunya adalah takbir keliling.
Di desa saya, biasanya ada takbir
keliling sambil mengarak sebuah objek rekaan yang berbentuk hewan, ikon
tertentu atau replika tempat ibadah. Suasana malam takbiran ini pastinya sangat
semarak dengan lampu-lampu yang menempel di objek tersebut dan tentunya dengan
bunyi petasan yang mengisi udara memekakan telinga.
Minggu malam, 27 Juli 2014, sekitar
jam 7 malam, semua rombongan takbir keliling bersiap dan mulai berjalan mengelilingi
desa. Suara takbir dari kaset pun diputar, semua larut dalam keriuhan hingga
tak ada satu pun yang bertakbir dari mulutnya. Tak jarang suara yang terdengar
dari pengeras suara adalah takbir dengan iringan musik yang membuat kebanyakan
anak muda berjoget. Jadi mikir sendiri sebenarnya ini acara apaan ya???
Untuk tahun ini tak ada yang jauh
berbeda dari tahun kemarin, masih ada banyak hal yang tidak saya sukai dari
acara ini, seperti mabuk, berantem dan nyaris juga terjadi tawuran
antarrombongan. Nah, dalam posisi ini saya yang nggak tahu apa-apa cuma bisa
was-was ketika ada keributan saat saya tengah asyik mengambil gambar.
Saling timpuk dengan batu pun
terjadi, untung saya nggak kena. Dan yang bikin ngeri adalah adanya isu yang
mengatakan bahwa rombongan dari desa saya telah ditunggu oleh rombongan lainnya
dengan membawa parang. Duh, jadi mikir ini mau bunuh-bunuhan atau takbiran?
Alhasil, rombongan kami pun dikawal mobil polisi saat perjalanan pulang.
Kericuhan yang terjadi |
suasana pertengkaran |
Penyebab dari hal tersebut
sebenarnya adalah sangat sepele—senggolan—selain itu ada juga dendam yang entah
sejak kapan munculnya. Pada dasarnya semuanya bisa diredam ketika kepala dingin dan jernih.
Acara malam takbiran ini memiliki
kelemahan dan kekuatan masing-masing. Di lain pihak bisa melatih kreatifitas
anak muda, tentu saja harus yang sesuai dengan kaidah Islam. Dan juga bisa
memicu konflik yang menodai euphoria malam kemenangan itu sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jangan lupa tinggalkan komentar ya, follow @riefprudence Terima kasih.