>

Selasa, 01 Juli 2014

Resensi Antologi “Un Soir du Paris”

Judul Buku                                            : Un Soir du Paris
Penulis                                                   : Cok Sawitri, dkk.
Penerbit                                                 : PT Gramedia Pustaka Utama
Kota Terbit                                            : Jakarta
Tahun Terbit                                           : September 2010
ISBN                                                     : 978-979-22-6208-7
Jumlah Halaman                                      :127 halaman
Antologi Un Soir du Paris adalah sebuah antologi cerpen yang memuat 12 cerpen yang ditulis oleh penulis yang terkemuka di Indonesia. Cerpen-cerpen dalam antologi ini sebagian pernah dimuat di media massa maupun di buku kumpulan cerpen. Kemudian cerpen-cerpen tersebut di kumpulkan jadi satu dalam antologi ini oleh situs SepociKopi.com, sebuah situs lesbian Indonesia.  Cerpen-cerpen dalam antologi ini adalah: Cahaya Sunyi Ibu, Danau, Dua Perempuan dengan HP-nya, Hari Ini, Esok dan Kemarin, Lelaki yang Menetas di Tubuhku, Mata Indah, Menulis Langit, Potongan-potongan Cerita di Kartu Pos, Saga, Sebilah Pisau Roti, Tahi Lalat di Punggung Istriku, Un Soir du Paris.
Secara garis besar tema dalam antologi ini adalah lesbianism. Meski ada juga cerpen yang menurut saya tema lesbiannya hanya sebagai tempelan saja dan hanya muncul dengan porsi yang sangat sedikit. Seperti dalam cerpen Potongan-potongan Cerita di Kartu Pos dan Tahi Lalat di Punggung Istriku. Akhir dari seorang lesbian yang menjadi gila karena ketahuan lesbian oleh keluarganya dalam cerpen Un Soir du Paris ini sedikit berlebihan dan terlalu didramatisir padahal settingnya  di Paris dan tokohnya orang Paris yang masyarakatnya sudah cukup menerima LGBT.
Secara keseluruhan cerpen-cerpen dalam antologi ini cukup menarik dengan konflik yang berbeda dalam tiap cerpennya. Sentuhan fantasi dalam cerpen Potongan-potongan Cerita di Kartu Pos menambah point plus di mana kebanyakan  cerpen dalam antologi ini berkisah tentang konflik seorang lesbian yang menikah. Konflik keluarga antar kakak dan adik dalam cerpen Mata Indah juga sangat beda dari cerpen-cerpen yang lain.
Dari keduabelas cerpen dalam antologi ini, menurut saya ada empat cerpen yang menurut saya paling menarik. Cerpen-cerpen itu adalah Cahaya Sunyi Ibu karya Triyanto Triwikromo, Mata Indah karya Clara Ng, Dua Perempuan dengan HP-nya Seno Gumira Ajidarma karya dan Lelaki yang Menetas di Tubuhku karya Ucu Agustin.
Cerpen pertama Cahaya Sunyi Ibu, berkisah tentang seorang anak yang curiga akan hubungan ibunya dengan seorang wanita keturunan Yahudi bernama Caroline yang merupakan teman ibunya di panti wreda di Amerika Serikat. Anaknya pada awalnya mencoba untuk tidak percaya begitu saja dengan rumor yag beredar hingga akhirnya sebelum Caroline meninggal, Rafli si anak melihat sendiri ibunya dan Caroline tengah bercumbu dengan mesra di kamar mandi.
Cerpen kedua, Mata Indah, berkisah tentang kakak adik yang saling cemburu. Lei sang kakak merupaka gadis buruk rupa dengan mata hijau yang indah. Lea sang adik memiliki wajah yang sangat cantik dan suara yang merdu tapi memiliki mata abu-abu yang tak bercahaya. Keduanya saling membunuh dan memngambil pita suara dan mata. Sang ibu tak kuasa untuk memakamkan anak-anaknya dan akhirnya memilih untuk mengawetkan mereka dan menaruh Lei di rauang bawah tanah bersama harta benda dan Lea dengan mata Lei di dekat jendela.  Mata Lei menyempurnakan kecantikan Lea.
Cerpen ketiga, Dua Perempuan dengan HP-nya berkisah tentang wanita karir yang saling bertelpon di pantai dan memiliki masalah masing-masing. Hingga akhirnya mereka berciuman dan melumat bibir masing-masing di pantai yang sepi.
Cerpen keempat, Lelaki yang Menetas di Tubuhku, berkisah tentang seorang anak kecil yang ketakutan saat hendak ke toilet di sebuah pesta. Dia melihat seorang wanita berlari menuju lorong dan mengikutinya dan yakin bahwa lorong itu menuju toilet. Di situ dia melihat dua wanita tengah bercumbu penuh nafsu. Dia merasa ada lelaki dalam dirinya dan akhirnya mengakui bahwa dia lesbian setelah menjalin hubungan dengan beberapa wanita.

Antologi ini sangat direkomendasikan untuk pembaca yang tertarik dengan fiksi LGBT Indonesia.

4 komentar:

  1. aku punya rekomendasi film keren mas, ada lesbiannya juga. tapi nggak jadi fokus utama film sih, tapi keren. wajib nonton. judulnya Chloe (2009), yg main ada Julianne Moore sama Amanda Seyfried.

    BalasHapus
  2. Oke thanks... Hehehe.. Ada rekomendasi novel atau kumcer???

    BalasHapus

Jangan lupa tinggalkan komentar ya, follow @riefprudence Terima kasih.