>

Jumat, 20 Juni 2014

Resensi Dream Utopia; Maiden of Tear

Judul Buku                                          :  Dream Utopia; Maiden of Tear
Penulis                                                 :  Sammy Balladrom
Penerbit                                              : Diwanteen
Tahun Terbit                                      :  2008
Tebal                                                     : 565 halaman
Nomor ISBN                                       : 978-979-25-4059-8

Pertama ketika melihat novel ini di tumpukan  dalam pameran buku kesan pertama yang muncul adalah buku ini buku terjemahan, sebuah novel fantasi yang sangat menarik untuk dibaca sepeti novel-novel fantasi terjemahan lainnya. Tapi ternyata hal tersebut salah, karena ternyata ini adalah novel fantasi lokal.
Novel ini berkisah tentang petualangan Verno—Alverno Wolfric di dunia mimpi atau mungkin bukan dunia mimpi karena apa yang terjadi di dalam dunia itu tak bisa diingat ketika terbangun dari tidur. Semua kejadian ini terjadi di Dream Utopia, sehingga Verno dan tokoh-tokoh lainnya tak mempunyai kemampuan atau sihir dalam dunia nyata.
Verno dan anak-anak terpilih harus mengikuti pendidikan di sekolah ‘sihir’ untuk mempersiapkan mereka mendampingi Maiden of Tear yang akan berjuang melawan Dark Utopia dan juga untuk menutup portal anatara Dream Utopia dan Dark Utopia. Verno dan teman-teman lainnya menjadi The Pathfinder, The Defender, The Savior yang saling membantu sang Maiden of Tear yang tak lain adalah Marsha—teman dekat Verno.
Bagian menarik dari novel ini adalah ketika sudah sampai halaman dua ratusan, dari misteri gadis bergaun putih, menghilangnya Marsha. Sejak adegan itu aura dunia fantasinya mulai terasa. Pesan tentang persahabatan, perjuangan, perjalanan, kerja sama dan sebuah ikatan begitu kuat dalam novel ini.
Bebeapa bagian dalam novel ini begitu tidak jelas seperti ketika paa Guardiana—pelindung Maiden of Tear dilatih, hanya tokoh Verno yang mendominasi setiap adegan  sedangkan yang lain menghilang tak ada bahasan apapun tentang mereka. Diedit oleh dua orang pun tak membuat novel ini bersih dari typo, pun dengan dialog yang tidak jelas siapa  pengucapnya. Penggunaan kata sapaan bahasa Inggris juga banyak yang tidak tepat. Contohnya dalam novel jelas-jelas tokoh masih anak-anak tetapi menggunakan kata sapaan Mrs. harusnya menggunakan Miss.
Kesimpulannya novel ini cukup menghibur, dunia fantasi yang sangat berbeda. Tanpa mantra.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan lupa tinggalkan komentar ya, follow @riefprudence Terima kasih.