Pernahkah Anda menemukan beberapa karakter dalam karya sastra maupun animasi yang bukan manusia tapi memiliki sifat-sifat dan bertingkah laku layaknya manusia? Binatang yang berbicara dan bisa melakukan kegiatan layaknya manusia misalnya. Hal tersebut disebut anthropomorphism. Pada dasarnya hampir semua orang telah bertemu secara tidak langsung dengan apa yang disebut anthropomorphism. Namun, banyak dari mereka tidak memahami istilah tersebut. Secara terminologi anthropomorphism berasal dari dua kata bahasa Yunani yaitu ánthrōpos yang berarti manusia dan morphē yang berarti bentuk (Wikipedia, 15 Mei 2014).
Setelah mengetahui asal dari istilah
itu, tidak ada salahnya untuk mengetahui
definisi dari anthropomorphism itu sendiri.
Menurut Wikipedia, “Anthropomorphism or
personification, is attribution of human form or other characteristics to
anything other than human being”. Jadi anthropomorphism
menurut definisi ini bisa merujuk pada binatang, tumbuhan atau benda mati
lainnya selain manusia yang memiliki sifat-sifat manusiawi. Menurut kamus Merriam-Webster daring, “Anthropomorphism is an interpretation of
what is not human or personal in terms of human or personal characteristics:
HUMANIZATION.” Dengan kata lain
anthropomorphism adalah memanusiakan yang bukan manusia.
Kemudian setelah kita mengetahui
definisi dan asal katanya, mungkin muncul pertanyaan, dalam kasus ini kita ambil
saja binatang. Apakah binatang yang telah dimanusiakan ini kehilangan
sifat-sifat kebinatangannya? Tentu saja tidak. Menurut Anderson (2002:94) They may retain a few animal traits as well.
Dalam karya sastra anthropomorphism bisa ditemui dalam teks
religi (biblis), fabel, fairy tales (dongeng) dan karya sastra modern (Wikipedia). Contoh
dalam fabel seperti dalam Aesop Fable. Dalam fairy tales seperti
dongeng-dongeng yang terkenal; Goldilocks and the Three Bear dll. Dalam karya
sastra modern misalnya dalam novel Alice’s
Adventures in Wonderland, novel Narnia dll.
Dalam animasi kita bisa menemukan
banyak contohnya misalnya Finding Nemo,
Happy Feet dan Tom and Jerry. Dua contoh itu memiliki dua karakteristik yaitu
memiliki sifat manusiawi dan masih memiliki sifat hewani. Sebagai contoh tokoh
ayah dan ibu Nemo yang masih mengerami telurnya di anemone, tokoh ayah penguin yang
mengerami telur mereka di Happy Feet
dan tokoh anjing yang masih menyukai tulang di Tom and Jerry dan masih banyak lainnya. Selain itu tokoh-tokoh itu juga
bicara, bernyanyi, berlari dan menari. Ada juga dalam animasi yang kehilangan
sifat hewani mereka dalam hal ini adalah
perkecualian misalnya dalam Spongebob
Squarepants. tentu saja masih banyak contoh yang bisa Anda analisis
sendiri.
Pada akhirnya sampai di sinilah
pembahasan kita tentang anthropomorphism,
semoga tulisan ini bisa bermanfaat.
Sumber:
Anderson, Nancy A. 2002. Elementary
Children’s Literature: The Basics for Teachers and Parents. Boston: Allyn &
Bacon.
en.wikipedia.org/wiki/Anthropomorphism
badwebcomicswiki.shoutwiki.com/wiki/Anthropomorphic_Animals_and_Their_Use_in_Cartoon_and_Comics
www.merriam-webster.com/.../anthropomorphism
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jangan lupa tinggalkan komentar ya, follow @riefprudence Terima kasih.