“Sayang, kau baik-baik saja kan di sana?”
“Aku baik-baik saja. Suaraku pasti terdengar ceria
seperti biasa.”
“Iya, Sayang, tapi ini
sinyal telponnya lagi jelek,” ucap Amy melalui sambungan telpon. Wajahnya
memberengut.
“Kau belum ngantuk?”
“Belum,” jawab Amy singkat.
“Seperti yang pernah kau
katakan, jarak tak kan pernah memisahkan hati yang saling terikat, aku merasa
dekat denganmu.”
“Sudahlah Dan. Kau tidak
perlu berkata seperti itu. Ini pilihanku. Aku pun tak bisa melarangmu untuk
meraih mimpimu kuliah di Paris.” Suara Amy terdengar sedikit bergetar. Ada
sebuah keraguan di balik kata-katanya. Tapi ada juga keyakinan di dalamnya.
“Bisakah kita lanjutkan ke
skype? Aku kangen…,” rengek Amy.
“Okay.”
Amy menatap lurus-lurus
wajah yang kini muncul di layar laptopnya, tepatnya di aplikasi skype. Sesekali Amy mengusapkan
tangannya ke layar. Seolah menyentuh wajah itu. Wajah yang selama ini selalu
dilihatnya di layar laptop setiap dini hari karena perbedaan waktu enam jam.
Danu tersenyum dari kamar
apartemennya di Paris. Percakapan malam itu pun mengalir dengan asyiknya. Malam
semakin larut kantuk pun menguasai Amy. Dengan berat hati Amy pun harus
mengakhiri skype-an mereka.
***
“Dan, apa yang kau perbuat
di sana?” tanya Amy dengan nada marah, sambil menempelkan ponselnya ke pipi
lekat-lekat.
“Apa maksudmu, My?”
“Jujur saja apa yang kau
lakukan. Kau tak perlu berbohong!!”
“Aku bener-bener gak ngerti.
Bisakah kita lanjutkan nanti malam saja? Maksutku nanti malam waktu Indonesia.”
“Aku gak peduli kalau kau ada
kelas saat ini. kau hanya perlu menjelaskan semua foto-foto di akun
instagram-mu.”
Danu menghela nafas, sudah
saatnya dia jujur pada Amy bahwa semua foto itu nyata adanya. Kemesraan itu tak
dibuat-buat sama sekali.
“Amy, aku rasa cinta yang
kita ini sekarang hanya sebatas Skylove. Kita hanya bisa bermesraan lewat skype
dan telpon. Aku butuh sesuatu yang nyata. Perhatian dan kasih sayang yang ada
wujudnya.”
Hati Amy begitu hancur
mendengar semua ini. Kepercayaan, ketulusan dan penantiannya tak ada artinya
semua berakhir begitu saja.
“Amy… Amy, kau masih di
sana?”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jangan lupa tinggalkan komentar ya, follow @riefprudence Terima kasih.