>

Sabtu, 29 Maret 2014

[FlashFiction] SkyLove


“Sayang, kau baik-baik saja kan di sana?”
“Aku baik-baik saja. Suaraku pasti terdengar ceria seperti biasa.”
“Iya, Sayang, tapi ini sinyal telponnya lagi jelek,” ucap Amy melalui sambungan telpon. Wajahnya memberengut.
“Kau belum ngantuk?”
“Belum,” jawab Amy singkat.
“Seperti yang pernah kau katakan, jarak tak kan pernah memisahkan hati yang saling terikat, aku merasa dekat denganmu.”
“Sudahlah Dan. Kau tidak perlu berkata seperti itu. Ini pilihanku. Aku pun tak bisa melarangmu untuk meraih mimpimu kuliah di Paris.” Suara Amy terdengar sedikit bergetar. Ada sebuah keraguan di balik kata-katanya. Tapi ada juga keyakinan di dalamnya.
“Bisakah kita lanjutkan ke skype? Aku kangen…,” rengek Amy.
“Okay.”
Amy menatap lurus-lurus wajah yang kini muncul di layar laptopnya, tepatnya di aplikasi skype. Sesekali Amy mengusapkan tangannya ke layar. Seolah menyentuh wajah itu. Wajah yang selama ini selalu dilihatnya di layar laptop setiap dini hari karena perbedaan waktu enam jam.
Danu tersenyum dari kamar apartemennya di Paris. Percakapan malam itu pun mengalir dengan asyiknya. Malam semakin larut kantuk pun menguasai Amy. Dengan berat hati Amy pun harus mengakhiri skype-an mereka.
***
“Dan, apa yang kau perbuat di sana?” tanya Amy dengan nada marah, sambil menempelkan ponselnya ke pipi lekat-lekat.
“Apa maksudmu, My?”
“Jujur saja apa yang kau lakukan. Kau tak perlu berbohong!!”
“Aku bener-bener gak ngerti. Bisakah kita lanjutkan nanti malam saja? Maksutku nanti malam waktu Indonesia.”
“Aku gak peduli kalau kau ada kelas saat ini. kau hanya perlu menjelaskan semua foto-foto di akun instagram-mu.”
Danu menghela nafas, sudah saatnya dia jujur pada Amy bahwa semua foto itu nyata adanya. Kemesraan itu tak dibuat-buat sama sekali.
“Amy, aku rasa cinta yang kita ini sekarang hanya sebatas Skylove. Kita hanya bisa bermesraan lewat skype dan telpon. Aku butuh sesuatu yang nyata. Perhatian dan kasih sayang yang ada wujudnya.”
Hati Amy begitu hancur mendengar semua ini. Kepercayaan, ketulusan dan penantiannya tak ada artinya semua berakhir begitu saja.

“Amy… Amy, kau masih di sana?”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan lupa tinggalkan komentar ya, follow @riefprudence Terima kasih.