>

Sabtu, 22 Februari 2014

{ #FiksiFilmku }

The Clover
MOSESSS!!! teriak Ammy.
Ada apa lagi? Ganggu aja lagi asyik baca, batin Moses sambil menyapukan jemarinya di layar sentuh ponselnya untuk menutup e-book yang tengah dibaca.
Seketika itu juga, Moses bangkit dan menuju ke sumber suara. Dengan langkah gontai Moses berjalan ke arah Ammy. Dari kejauhan dilihatnya seorang gadis berkaus putih dan memakai topi lebar sedang melambaikan tangan.
Moses dengan berat menarik kakinya yang terjebak dalam lumpur, saking terburu-buru untuk menemui Ammy. Sesekali manik matanya yang coklat menangkap capung berwarna merah dan kuning beterbangan di atas pematang sawah.
CEPAT!!! pekik Ammy lagi.
TUNGGUUU!!! balas Moses dan segera mencabut kakinya tanpa mempedulikan alas kaki yang tertinggal.
“Lama sekali!” tukas Ammy kesal.
“Ya…. Maaf. Siapa suruh juga harus menemuimu di tengah persawahan yang jauh dari tempatku menunggu,” tutur Moses enteng, tak ada rasa bersalah dalam nada bicaranya.
“Sudah kubilang dari tadi untuk menemaniku tapi kau menolak. Pacar macam apa kau ini? Teganya membiarkanku sendirian di sini. Coba kalau ada ular yang lewat terus menggigitku, kau pasti tak akan tahu.”
Moses hanya terdiam, tangannya mengarah ke wajah Ammy. Mengusapnya lembut dan juga menghilangkan kotoran yang melekat di pipinya. Ammy sudah sedikit tenang, Moses tahu dengan usapan itu gadisnya tak akan ngambek lagi.
“Kau menemukan apa?” tanya Moses membuka pembicaraan.
“Lihat!” kata Ammy sambil menunjuk ke bawah.
“Kakimu masih dua. Jari-jarinya masih sepuluh,” gurau Moses.
Seulas senyum terbit di bibir merah nan tipis yang menambah cantik Ammy. Ammy mengarahkan tangannya ke perut Moses dan mencubitnya. Moses mengaduh dan tertawa kecil, cubitan itu tak sakit sama sekali hanya membuatnya geli.
“Lihat dengan teliti lagi!” perintah Ammy.
Moses menyapukan pandangannya ke tanah sawah yang gembur dan sedikit basah. Dari sela-sela batang padi yang menghijau dilihatnya segerombol tanaman kecil yang tumbuh. Tanaman itu tampak lemah, tapi juga menyimpan pesona karena terkenal dengan reputasinya yang konon katanya bisa mengabulkan permintaan.  Moses menatap semanggi-semanggi itu lurus-lurus.
Jadi ini yang membuat Ammy teriak-teriak, kata Moses dalam hati.
“Kok diem?” Suara Ammy menyadarkannya. “Terus gimana, Sayang?”
“Baiklah sudah diputuskan! Aku akan mencari yang berdaun empat!” dengus Ammy bersemangat.
“Emang kenapa harus yang berdaun empat?” selidik Moses.
Pertanyaan Moses belum juga dijawab, Ammy sudah menariknya ke bawah. Moses tidak heran lagi dengan sifat pacarnya yang tidak sabaran dan sedikit aneh ini. Dengan cekatan tangan-tangan Ammy menyibak setiap gerombolan semanggi di hadapannya. Wajah Ammy kini berubah menjadi masam. Moses tak berani bertanya bisa-bisa dia disemprot, gelagat Ammy menunjukkan ada yang tidak beres. Moses kemudian melihat dengan saksama gerombolan semanggi itu.
“Pantes, ini penyebabnya semua semanggi di sini berdaun empat dan Ammy berharap bisa menemukan satu dari ribuan semanggi berdaun tiga untukku,” kata  Moses samar.
“Sudahlah, Sayang. Kau lihat semua semanggi ini berdaun empat. Segeralah kau mengucapkan harapanmu.”
Air mata meleleh di pipi Ammy,  kemudian membenamkan wajahnya ke dada Moses.

*Cerita ini terinspirasi dari film I Give My First Love to You. Di tulis untuk tantangan #FiksiFilm oleh @KampusFiksi






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan lupa tinggalkan komentar ya, follow @riefprudence Terima kasih.