[ Mozaik Blog Competition 2014] Kenapa
Mau Jadi Penulis???
Ketika ada yang bertanya
kepadaku,”Kenapa kau ingin jadi penulis?”
Ada alasan lain juga
ketika memutuskan untuk menjadi penulis, pertama karena dengan menulis,
khususnya menulis fiksi, saya juga bisa mengekspresikan pikiran-pikiran saya,
semua unek-unek yang tak bisa saya tumpahkan ke dalam dunia nyata, karena tak
ada tempat sampahnya. Yang kedua dengan menulis juga saya seakan bisa memasuki
dunia yang benar-benar berbeda, dan mau tidak mau juga harus banyak melakukan
riset untuk tulisan fiksi terutama cerpen yang mengambil latar luar negeri,
juga tentang tokoh yang memiliki karakteristik dan pekerjaan yang belum pernah
saya ketahui. Jadi dengan menjadi penulis saya juga bisa menambah pengetahuan
saya, karena meskipun menulis fiksi saya harus bisa menyajikan sesuatu yang
nyata. Alasan ketiga dengan menulis juga bisa menyalurkan alter ego saya. Alasan
keempat adalah dengan menulis saya juga bisa mengabadikan kenangan, karena saya
yakin suatu saat nanti ketika saya menua memori saya juga pasti akan berkurang
untuk mengingat kenangan-kenagan di masa lalu, dan ini saya aplikasikan dalam
menulis semacam buku harian yang saya mulai sejak SMP sampai awal kelas satu
SMA. Kalau sekarang sih lebih sering menulis status di facebook dan kicauan di
twitter, dan juga sedang bersemangat untuk blogging
meski saya tahu mungkin gak ada yang baca blog saya hehehe….
Kemudian kalau ada yang
tanya sejak kapan ingin jadi penulis? Sejak kecil, sejak saya mulai bisa
merasakan bagaimana asyiknya membaca, dan menonton kartun. Pernah suatu kali
karena saya menonton sebuah kartun saya berniat untuk menulis sebuah buku
dongeng, namun urung dilakukan karena saya males. Sejak duduk di bangku SMP,
saya suka menulis puisi-puisi yang tak tahu kenapa disukai oleh teman-teman
cewek di kelasku. Semenjak duduk di bangku SMA, saya mulai mencoba menulis
cerpen meski hanya menjadi konsumsi pribadi. Saya juga mencoba menulis novel
meski akhirnya hanya berakhir sebagai sebuah coretan tak terselesaikan di buku
tulis dan cuma rancangan-rancangan yang tercecer di kertas-kertas tak terpakai
yang entah sekarang di mana letaknya.
Saya mulai aktif menulis
lagi ketika saya membaca sebuah novel, dan saya tahu kalau saya tahu saya bisa
menulis cerita seperti itu. Maka sejak itu pun saya mulai mengikuti
kompetisi-kompetisi menulis cerpen meski belum pernah masuk menjadi kontributor
di antologi cerpen penerbit mayor. Saya tahu bahwa ini belum saatnya, saya
harus masih terus memperbaiki tulisan saya dan harus terus menerus menulis
untuk melatih kemampuan menulis saya.
Membaca dan menulis itu
sama asyiknya. Kalau menurut saya itu satu paket yang tak bisa dipisahkan kalau
mau jadi penulis hebat. Berkali-kali saya mengirim cerpen untuk lomba di
penerbit mayor atau indie tapi belum juga ada yang masuk. Saya tidak menyerah
saya tetap menulis meski hanya untuk konsumsi pribadi, meski akhirnya hanya menjadi
cerpen yang tak terselesaikan.
Perjuangan itu terbalas
ketika saya masuk dalam dua antologi cerpen di penerbit indie. Awalnya saya tak
pernah menyangka, tapi saya sangat bersyukur atas hal itu meski itu bukanlah
pencapaian yang besar karena target saya adalah penerbit mayor. Sejak itu saya
mulai aktif nyari informasi di facebook
maupun twitter info-info sekitar
lomba menulis.
Hal yang paling
mengejutkan saya adalah ketika saya berhasil masuk #KampusFiksi, sebuah
pelatihan menulis dua hari di Jogjakarta yang diadakan oleh Penerbit Divapress.
Padahal saat itu saya hanya iseng untuk mengirimkan cerpen sebagai salah satu
syarat penyaringannya, bersaing dengan ratusan orang yang juga mengirimkan
cerpen mereka. Saya berpikir bahwa ini adalah kesempatan untuk menimba ilmu
kepenulisan dengan pakarnya. Saya sangat berterima kasih karena bisa bertemu
dengan orang-orang hebat dalam sebuah industri perbukuan dan juga bertemu
dengan teman-teman baru yang pastinya berbeda latar belakang tapi memiliki
tujuan sama yaitu menjadi penulis.
Kemudian kalau ada yang
bertanya siapa yang menginspirasi saya untuk jadi penulis? Saya aja sulit untuk
menjawabnya, karena tidak ada orang-orang tertentu yang menginspirasi. Yang
pasti penulis-penulis yang udah nelurin karya mereka di toko buku yang selalu
menimbulkan tanya, kapan novelmu majang di rak toko buku?
Yang pasti saya selalu
ingat kata-kata Pak Edi Akhiles kalau menjadi penulis itu terancam keren.
Dengan menjadi penulis pun bisa menambah jumlah follower twitter juga lol…
Cukup sekianlah coretan
saya tentang kenapa saya ingin jadi penulis, terima kasih sudah membaca… God bless you!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jangan lupa tinggalkan komentar ya, follow @riefprudence Terima kasih.