“Aku puas! Kini kau bersamaku,”
katanya sambil menyeringai.
Lelaki itu
kini tertawa penuh kemenangan. Ya. Dia baru saja memenangkan sesuatu. Perebutan
tak langsung yang telah bertahun-tahun terjadi. Lelaki itu telah memujanya dan
sangat ingin memilikinya. Sebelumnya di masa lampau dia selalu mencuri-curi
pandang, kadang menguntitnya. Dia begitu memuja dan mencintainya. Tak sekedar
itu, kejutan-kejutan kecil pun sering diberikannya. Terkadang menaruh bunga di
depan pintunya, atau menulis kata-kata puitis tentang pujaannya di atas
selembar kertas warna-warni. Tapi tak ada tanggapan, sering kali lelaki itu
akan menunggu sampai si empunya rumah keluar dan mengambil brang-barang
tersebut. Nihil. Tak ada satu pun barang yang diambil bersamanya, semuanya
langsung masuk ke dalam tong sampah.
Aku akan memberimu pelajaran untuk semua
kesombonganmu!, tekadnya dalam hati. Mulai sejak itu dia tak pernah lagi mengirimkan barang.
Barang-barang yang selalu datang dari pemujanya yang lainnya dengan cekatan
lelaki itu singkirkan hingga pujaannya tak harus marah-marah ketika melihat itu
semua. Berbulan-bulan tak ada yang mengganggu kehidupan pujaannya. Lelaki
itu merasa senang karena bisa melihatnya
dengan dekat. Rasa ingin memilikinya tak kunjung padam. Lelaki itu telah
menyamar untuk bisa memasuki rumah pujaannya dengan langsung dan menghilangkan
jejak tentang dirinya. Pujaannya sejatinya telah mengenal lelaki itu dengan
baik, bahkan membencinya setengah mati. Kebencian itu membuat lelaki itu
meradang dan ingin menghabisinya saja.
“Kita
sama-sama hina karena kau juga mempunyai hasrat yang sama. Kau bersandiwara
menutupinya di depan cewek-cewek. Apa salahnya jika aku mengungkapkan
perasaanku?” ucap lelaki itu sambil menyilet wajah pria yang dipujanya.
“Hentikan
ini,” pinta pria itu. “Aku akan menuruti permintaanmu.” Kata-kata itu keluar
dengan nada ketakutan dan kesedihan.
“Kau hanya
perlu menjawab iya atau tidak, tak perlu menghinaku,” jelas lelaki itu sambil
membuang silet dari tangan kirinya dan melumat bibirnya. Tangan kanannya
mengambil sebuah pisau tajam dari balik baju tukang kebunnya, kemudian menusuk
pria itu dan lalu dirinya sendiri.
*diikutsertakan dalam Flash Fiction Pipet.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jangan lupa tinggalkan komentar ya, follow @riefprudence Terima kasih.