>

Kamis, 30 Oktober 2014

Bloody Love

“Aku puas! Kini kau bersamaku,” katanya sambil menyeringai.

Lelaki itu kini tertawa penuh kemenangan. Ya. Dia baru saja memenangkan sesuatu. Perebutan tak langsung yang telah bertahun-tahun terjadi. Lelaki itu telah memujanya dan sangat ingin memilikinya. Sebelumnya di masa lampau dia selalu mencuri-curi pandang, kadang menguntitnya. Dia begitu memuja dan mencintainya. Tak sekedar itu, kejutan-kejutan kecil pun sering diberikannya. Terkadang menaruh bunga di depan pintunya, atau menulis kata-kata puitis tentang pujaannya di atas selembar kertas warna-warni. Tapi tak ada tanggapan, sering kali lelaki itu akan menunggu sampai si empunya rumah keluar dan mengambil brang-barang tersebut. Nihil. Tak ada satu pun barang yang diambil bersamanya, semuanya langsung masuk ke dalam tong sampah.

Aku akan memberimu pelajaran untuk semua kesombonganmu!, tekadnya dalam hati. Mulai sejak  itu dia tak pernah lagi mengirimkan barang. Barang-barang yang selalu datang dari pemujanya yang lainnya dengan cekatan lelaki itu singkirkan hingga pujaannya tak harus marah-marah ketika melihat itu semua. Berbulan-bulan tak ada yang mengganggu kehidupan pujaannya. Lelaki itu  merasa senang karena bisa melihatnya dengan dekat. Rasa ingin memilikinya tak kunjung padam. Lelaki itu telah menyamar untuk bisa memasuki rumah pujaannya dengan langsung dan menghilangkan jejak tentang dirinya. Pujaannya sejatinya telah mengenal lelaki itu dengan baik, bahkan membencinya setengah mati. Kebencian itu membuat lelaki itu meradang dan ingin menghabisinya saja.

“Kita sama-sama hina karena kau juga mempunyai hasrat yang sama. Kau bersandiwara menutupinya di depan cewek-cewek. Apa salahnya jika aku mengungkapkan perasaanku?” ucap lelaki itu sambil menyilet wajah pria yang dipujanya.

“Hentikan ini,” pinta pria itu. “Aku akan menuruti permintaanmu.” Kata-kata itu keluar dengan nada ketakutan dan kesedihan.


“Kau hanya perlu menjawab iya atau tidak, tak perlu menghinaku,” jelas lelaki itu sambil membuang silet dari tangan kirinya dan melumat bibirnya. Tangan kanannya mengambil sebuah pisau tajam dari balik baju tukang kebunnya, kemudian menusuk pria itu dan lalu dirinya sendiri.

*diikutsertakan dalam Flash Fiction Pipet.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan lupa tinggalkan komentar ya, follow @riefprudence Terima kasih.