Judul Buku :
Teheran dalam Toples
Penulis :
Aminatul Faizah
Penerbit :
Penerbit DIVA Press
Jumlah
Halaman :
487 halaman
Kota Terbit :
Yogyakarta
Tahun
Terbit :
September 2012
ISBN :
978-602-7696-05-1
Teheran dalam Toples berkisah
tentang persahabatan, keluarga, cinta dan perpisahan dan pencarian. Mengambil
latar di Teheran, Kediri dan Paris, novel ini sangat tebal dan banyak kejutan
di dalamnya.
Leila seorang gadis Turki-Indonesia
harus pindah ke Teheran saat ayahnya dipindahkan ke kota itu. Leila pada
awalnya merasa kesepian dan tak punya teman. Namun, semua itu hilang saat dia
bertemu dengan Ali, seorang lelaki kecil yang traumatis. Dia tak mau bicara
tapi dia bukan bisu. Setiap hari Leila dan Ali bermain bersama setelah ibunya
Ali bekerja dan tinggal dengan kelurga Leila. Ali layaknya sebuah boneka yang
bisa dimainkan oleh Leila.
Selain dengan Ali, Leila juga
bermain dan bersahabat dengan Khafsah, seorang gadis miskin dan tiga klan Khan:
Faris, Ma’arif dan Djalaludin yang pada awalnya sangat mengganggu Leila, Ali
dan Khafsah. Mereka semua akhirnya menjalin persahabatan yang erat hingga
menimbulkan cinta masa kecil. Semua itu tidak berlangsung lama karena Leila
harus pindah ke Indonesia, sesuatu yang sangat diinginkannya, terlebih untuk
berkumpul dengan keluarga besarnya.
Takdir membawa Leila ke Teheran lagi
setelah ia bekerja di Paris. Pencariannya dimulai untuk menemukan sahabat-sahabatnya.
Semuanya ditemukan, tapi banyak hal-hal yang membuatnya sedih saat di Teheran, Leila juga terlibat dalam cinta yang rumit
antara dirinya, Ali dan Faris dewasa. Banyak kesedihan yang dialami Leila saat
ia berusaha mengenang Teheran dalam toplesnya.
Membaca novel ini bisa menambah
pengetahuan tentang sejarah dan budaya Iran. Tapi bagian yang bercerita di
Indonesia tidak menarik dan juga kehidupan dewasa si tokoh terlalu kesepian. Ada
yang janggal saat adegan ayahnya Leila yang seorang mualaf yang merupakan orang Inggris berkebangsaan Turki saat Idul
Fitri yang memberikan hadiah pada Leila dan membukanya, di novel ini dikatakan
bahwa ayahnya Leila kebarat-baratan. Bukankah sebenarnya ayahnya Leila ini
orang barat? Lebih menarik kisah tokoh Leila saat masih kecil. Endingnya juga
begitu aneh, karena Ali harus mati tanpa sebab dan si Khafsah mati karena AIDS.
Kesimpulannya novel ini cukup
menarik dan banyak nilai-nilai positif yang bisa diambil dan diaplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jangan lupa tinggalkan komentar ya, follow @riefprudence Terima kasih.