“Kau masih ragu dengan semua yang
telah kita lalui bersama, Evan?” tanya Angela pelan. Evan menggelengkan kepala.
Tangannya mengenggam tangan Angela dengan kuat. Aku ingin berkata tidak namun aku tak mampu. Sampai kapan aku akan
memendamnya? batin Evan.
“Sudahlah, bukankah kita di sini
untuk menikmati bulan madu kedua kita, merilekskan semua syaraf di tubuh kita
dan sejenak melupakan beban hidup yang ada?” kata-kata yang terlempar dari
mulut Evan diikuti dengan senyuman manis yang akan menarik semua wanita yang
melihatnya.
Semilir angin pantai menyapa tubuh
kedua insan ini. Usia pernikahan yang telah berjalan cukup lama ini tak juga
menghilangkankeraguan yang telah lama bercokol di benak Evan. Pun keberadaan
Josephine—buah ati Evan dan Angela tak mampu menghapus keraguan dan rasa cinta
yang telah lama bersemayam. Keraguan Evan atas kehidupan rumah tangganya dengan
Angela dan juga rasa cinta yang datang terlebih dahulu tinggal. Bagi Evan,
cinta ini begitu dalam bercokol dan telah mengakar sampai dasar hatinya.
“Sayang, ada yang aku ingin
bicarakan,” ucap Evan dengan nada penuh ketakutan.
“Kau baik-baik saja? Kau sakit?” Seketika
saja Angela menjadi khawatir melihat gelagat tidak wajar suaminya.
“Tidak. Aku hanya ingin jujur
kepadamu ada sesuatu yang sangat penting untuk kukatakan. Demi hubungan kita,
demi anak kita.”
Angela tampak semakin bingung.
“Kau tahu Albert, Sayang?”
“Iya, ada apa?”
“Mungkin ini terdengar sangat bodoh
dan tidak masuk akal,” Evan mengambil napas dalam, “aku menyukainya,
mencintainya sejak dulu, sebelum ada kamu….”
Angela tersentak mendengar
penjelasan Evan, air mata mulai mengalir di pipi putihnya.
“Dasar bajingan! Teganya kau
membohongiku!!!” maki Angela sambil terisak.
“Kau boleh memakiku semaumu, tapi
ini pilihanku untuk jujur padamu dan pada diriku sendiri.”
***
Flash fiction ini ditulis untuk
mengikuti program #FF2in1 dari nulisbuku,com di facebook dan twitter @nulisbuku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jangan lupa tinggalkan komentar ya, follow @riefprudence Terima kasih.